Langsung ke konten utama

A Twints Oleh Zahra Nasywa Rafli

 



1.      Lahirnya ke dunia

Cucuran keringat membasahi pelipis seorang perempuan yang sedang mempertaruhkan nyawanya sendiri. Sosok perempuan yang kuat , baik , tangguh , dan sangat berarti bagiku di dunia ini. Ia adalah mamaku yang sedang berusaha melahirkanku kedunia ini bersama kembaranku. Sejujurnya mamaku sendiri tidak menyangka kalau ia mengandung anak kembar , dan pada saat aku lahir bersama kembaranku sendiri itu merupakan pengalaman yang tidak bisa dijelaskan oleh kedua orang tuaku. Rasa syukur , senang , terkejut , dan terharu. Mama dan ayahku memberi nama anak kembarnya yang bernama Aran dan Ara , abangku lebih dulu lahir kedunia daripada aku yang berselisih waktu 30 menit. Memiliki anak kembar juga tidak mudah untuk merawat nya , oleh karena itu aku dan abangku juga memiliki mama angkat untuk merawatku. Karena aku sendiri juga memiliki seorang kakak permepuan yang duduk dibangku sd pada saat diriku dan kembaranku waktu kecil , terlebih lagi aku yang sedikit nakal dan susah diatur daripada kembaranku sendiri yaitu Aran. Meski saudara kembar , kami memiliki banyak perbedaan baik dalam sifat ataupun fisik. Dalam sifat  Aran lebih cuek , kalem , pemalu. Berbanding kebalik samaku , Ara memiliki sifat yang cerewet , berani , dan pembangkang. Meski kami memiliki banyak perbedaan dan kembar yang non indentik , bukan berati kami tidak dekat dan kompak. Kami selalu berdua kemanapun datri , main , shalat ke mesjid , makan , tidur , dan bahkan terkadang mandi bersama waktu kecil.

Memiliki saudara kembar itu hal yang tidak terpikir dalam hidupku sendiri , dan setelah mengalaminya itu terasa menyenangkan dan seru. Dimana Aran bisa menjadi sosok abang dan teman bersamaan dalam 1 tubuh. Aran dan Ara selalu main bersama , oleh sebab itu kami memiliki banyak teman karena teman Aran adalah temanku juga dan temanku adalah teman Aran. Kami selalu suka bermain keluar rumah bersama temen - teman yang lain. Main petak umpat , main sepedaan , dan yang terakhir main kejar- kejaran yang membuat mama dan ayahku marah. Pada saat aku main kejar- kejaran Ara sering terjatuh , hingga kakinya berdarah dan nangis. Dan mamaku akan mengobati lukaku dan marah " adek itu permpuan gak sama kayak abang Aran yang laki - laki untuk main kejar - kejaran , Makanya adek sering jatuh." Sambil menghapus air mataku yang bekas nangis tadi karena jatuh. Dan mamaku juga menasihati abangku " abang kalau main sama adek harus dijaga , ini bukan sekali Ara jatuh. Tapi udah 3 kalinya , dan kalau emang mau main bersama harus diliat kondisi mainnya , memungkinkan gak untuk adek main, paham?" Dengan suara yang lembut tapi tegas. " paham ma , abang minta maaf karena gak bisa jaga adik. Untuk kedepannya abang bakal lebih hati - hati lagi kalau main sama adek" jawab Aran. Dan setelah kejadian itu Aran memang membuktikan omongan nya kepada mama untuk menjaga Ara kalau lagi bermain bersama. Karena Aran sendiri suka bermain keluar jika ada Ara , begitu pula sebaliknya.

 

Pada suatu siang di ruang tengah ada mama yang sedang menyetrika baju , Aku dan abangku yang sedang main tablet. Namun abangku yang selalu main bukan aku , padahal ayah membelikan tablet itu untuk kami mainin bersama , karena kami tidak boleh di beliin handphone sebab usia kami yang masih kecil tapi Aran malah keasikan main sendiri yang membuatku jenuh dan jengkel. Terlintas dibenak Ara untuk menjahili Aran yang sedang bermain tablet itu. Aku mengambil mainan kucing dan menggerakan nya di belakang punggung Aran agar kucing ku melompat di sana , namun malah salah sasaran. Bukan di punggung melainkan di kepala Aran yang membuat dia terkejut dan tablet yang di peganng nya jatuh dari tangan dan membuat dia marah. Aran yang marah karena mainnya di ganggu dan membuat ia kalah dalam permainannya di tablet tersebut , dan tanpa sengaja ia menyenggol strika yang ada di dekat sana dan mengenai tangan Ara dan ia langsung bertiriak dan menangis " aaa mama.....!" Jeritku dengan menangis. Aran yang mendegar itu terkejut dan langsung mengambil setrika yang mengenai telapak tangan Ara dengan penik , karena ia tidak tahu kalau setrika itu mengenai tangan Ara. Mamaku langsung berlari menghampiriku di ruang tengah , karena mamaku tadi sempat ke kamar mandi. " Ini kenapa adek nangis sama teriak - teriak , mama kaget dengarnya?" Sambil mendekati kami berdua. " Tangan Ara tadi kena strika " bukan Ara yang menjawab melainkan Aran. Mama yang mendegar itu kaget dan langsung mengambil tanganku "kok bisa kena strika ya ampun ...?" Jawab mamaku sambil mengobati tanganku yang memerah. "Abang tadi gak sengaja kesenggol stirka karena marah, dan ini juga salah abang yang terlalu emosi dan gak tau kalau strika nya malah kena Ara" sambil menunduk bersalah. "Adek juga salah ma , kalau saja adek gak jahil ke abang pasti hal ini gak mungkin bakal terjadi" Jawab Ara yang dari tadi diam. Mamapun menasihati mereka dan menyita tablet selama 1 bulan , karena pemicu masalah ini pasti karena tablet dan itu memeng benar adanya. Setelah kejaidan itu Aran lebih hati - hati lagi dan mengontrol emosi nya karena ia takut hal itu terulang lagi dan dapat menyakiti Ara atau saudara kembarnya sendiri. 

Pada malam hari Ara bertanya pada mama yang baring di samping nya." Ma kenapa ayah gak di panggil papa , kan cocok papa dan mama daripada ayah dan mama?" Tanya Ara sambil mengedot botol susu. Mama yang mendengar pertanyaan itupun tertawa , karena lucu dengan pertanyaan yang dilontarka oleh anak bungsunya itu. "Karena waktu dulu kakak gak bisa ngomong papa , cuman bisa ayah , makanya jadi ayah dan mama" jawab mama sambil menggosokan punggungku agar aku tertidur. Bukannya tidur Ara malah balik bertanya " kenapa gak bisa Adek aja bisa bilang papa?, padahalkan bilang papa lebih mudah dari pada bilang ayah ya,? Ya gak sih mah?". Mama hanya bisa menggeleng tidak percaya megapa Ara sangat cerewet , berbeda sekali sama Aran Dan kakaknya , mungkin ikut sifat ku dulu , pikir mama dalam batin. Melihat mama yang malah bengong dan diam , Ara memeganng tangan mama nya " Ma ini adek nanyaloh , kok mama malah diam dan melamun" cerocos Ara. "Sudah - sudah kamu ini cerewet banget , ini udah malam tidur lagi besok mau sekolah , entar bangunnya telat" jawab mama sambil menggosok punggunggku. Akupun akhirnya tidur karena perintah oleh mamaku.

Kesokan pagi , Aran dan Ara sedang sarapan. "Adek makannya harus banyak biar di sekolahan gak lapar dan lemas" perintah mama sambil menyuapi kedua anak kembar itu. "Entarkan adek bisa jajan kalau lapar ma, di sana banyak banget yang jualan makanan" jawab Ara sambil menguyah makanan yang diusapin oleh mamanya. "Tapi kalau adek sering makan - makanan itu entar sakit perut karena itu gak sehat jika sering di makan dan di konsumsi" jelas mama sambil menyuapi Aran juga. "Tapi enak banget ma makanannya , apalagi es krim nya ...." Ara bicara sambil membayangkannnya." Entar kalau adek sering makan begituan mau jatuh sakit? , entar kalau udah sakit mau masuk rumah sakit dan di suntik sama doktet?" Tanya mama sambil menakuti Ara. Ara yang mendengar itupun menggeleng , karena jujur ia paling takut jika di suntik dan males minum obat karena pahit. "Makanya kalau dilarang sama mama itu nurut aja , lagian apa yang dibilang sama mama itu memang benar semua" suara Aran yang dari tadi hanya menyimak obrolan mama dan Ara. "Yaudah iya , adek bakal kurangin makan - makanan yang gak sehat dan es krim. Tapi kalau sesekali bolehkan ma?" Tanya Ara sambil memohon , karena Ara sangat menyukai es krim dan gak sangup bila ia hidup tanpa es krim. "Boleh tapi ingat hanya boleh sesekali" tegas mama. Ara yang mendengar itupun mengangguk dan senang.

Setelah sarapan ayahpun mengantarkan mereka ke tk. "Entar jangan nakal di sini , dengarin apa kata guru dan Abang jagain adek" tegas ayah kepada kedua anak kembarnya. "Iya yah" jawab mereka kompak sambil menyalami tangan ayah. Setelah itu merekapun masuk ke playgroup tersebut. Tak berlangsung lama merekapun sudah waktu jam pulang , karena meraka masih sekolah playgroup jadi waktu sekolah nya juga sebentar. Sambil menunggu mama menjemput , Arapun mengajak Aran untuk menemaninya untuk membeli es krim. "Kan kemarin udah makan es krim , entar sakit dan mama bakal marah" nasihat Aran. Namun Ara yang keras kepala tetap lah Ara. "Gak papa bang , kan adek makannya gak banyak - banyak dan entar abang jangan kasih tahu mama ya.... plis"mohon Ara kepada Aran. Aran hanya bisa pasrah karena adiknya ini memang sangat keras dan kepala batu. Akhirnya Arapun beli es krim tanpa sepegetahuan mama nya.

Beberapa hari kemudian ada yang berbeda dengan Ara , dimana ia jadi sedikit makan. "Adek kenapa dikit makannnya akhir - akhir ini?" Tanya mamaku. Ara terdiam beberapa saat , ia bingung apakah harus jujur atau tidak.  "Adek lagi sakit gigi ma" jawab Ara. Mama yang mendengar itu bertanya kembali "kok tumben adek sakit gigi , adek memangnya makan apa sanpai sakit gigi mendadak begini?" Penasaran mamaku. Aku hanya terdiam bibir ini rasa nya kilu untuk bersuara. "Adek kemarin makan es krim dan banyak coklat beberapa hari yang lalu ma". Ara kaget pasalnya bukan ia yang bersuara dan ternyata ada Aran yang menghampiri mereka dan berkata tersebut. Mama yang mendengar itupun tidak terlalu kaget , karena ia tahu bahwa Ara paling susah untuk menahan pantang makan terlebih lagi jika menyangkut es krim. Ara yang melihat mama tidak bersuara setelah itu ia merasa takut kalau mama nya akan marah besar , karena tidak jujur. "Maafin adek ya ma , soalnya kemarin pas mama sedikit lambat jemput adek di tk  cuaca lagi panas dan adek jadi kepingin makan es krim. Dan soal coklat adek gak terlalu banyak makannya tapi adek lupa sikat gig sebelum tidur" jelas Ara degan kepala menunduk. Hening beberapa saat , sampai akhirnya mama bersuara "yaudah lain kali jangan diulangi, coba mama liat giginya" tegas mama. Aku akhirnya mendekat dan membuka mulutku kepada mamaku agar bisa melihat kondisi gigiku. Pada saat mamaku lihat gigiku , ada gigiku yang ternyata ada yang goyang dan mau copot. "Besok kita ke dokter gigi , ternyata gigi adek ada yang mau copot" kata mamaku. Aku yang mendegar tersebut diam beberapa saat. Aran yang melihat ketrerdiaman Arapun angkat bicara. "Gak papa gak sakit copot gigi, dari pada gigi adek sakit terus" Aran mencoba menenangkan Ara dan membujuknya , karena ia tahu kalau Ara tidak hanya takut pada suntik tetapi pergi ke dokter gigi. Akhirnya tanpa fikir panjang aku mengiyakan dan setuju untuk pergi ke dokter gigi. Sejujurnya ia juga tdiak tahan dengan sakit pada gigi tersebut.

Besoknya diruangan dokter gigi , Tidak  berlangsung lama gigi Arapun sudah copot. "Nah gigi nya sudah copot , tetapi ada satu gigi yang tumbuh sedikit naik atau di atas gusi." Kata dokter tersebut. Mama yang mendengarpun bertanya pada dokter "terus apa yang harus dilakukan terhadap anak gigi yang tumbuh di atas gusi tersebut dok?, apakah akan berdampak buruk ?" Tanya mamaku. Dokterpun kembali menjelaskan " tidak kok bu , jika dibiarkan palingan entar pas tumbuh gigi Ara akan sedikit naik , jika di copot sekarang juga bisa tapi kita harus suntik gusi dengat dengan gigi tersebut." Jelas dokter gigi. Ara yang dari tadi hanya menyimak langsung  mengangkat suara pada saat mendengar kata suntik , terlebih lagi di suntik di gusi. Ara tidak bisa membayangkan rasa sakitnya gimana , walaupun ia tahu kalau itu sedikit lebay. "Adek gak mau copot ma , lagian kata dokter juga gak ada efek samping yang membahayakan. Iyakan dok" mohon Ara pada dokter dan mamanya. "Iya , gak ada efek samping yang membahayakan dan jika Ara gak mau di copot juga tidak apa - apa"kata dokter sambil tersenyum. Mama yang melihat itupun hanya bisa pasrah karena ia tahu , bahwa jika dipaksakanpun Ara pasti tidak akan mau tetapi akan menangis. Setelah itu aku dan mamaku pulang kerumah.

Sesampai nya dirumah aku langsung berlari ke kamar untuk bercermin , untuk melihat gigi ku yang sudah di copot. Setelah melihat gigiku , aku menghampiri abangku yaitu Aran dan menceritakan tentang gigiku. Aran yang mendengar cerita tersebut hanya bisa menggeleng - gelengkan kepala , karena ia bingung kenapa Ara sangat takut pada suntik , padahal rasanya hanya seperti di gigit semut. "Itu aja takut , kenapa gak di copot aja sekalian" ejek Aran sambil tertawa. Ara yang melihat itupun hanya bisa memasamkan wajah karena ia tahu , setiap ceritakan soal suntikan pasti Aran akan mengejek ia. "Lagian ini beda bang, kali ini di suntik di gusi bukan di kuli tangan pasti sakit banget" jelas Ara. Aran yang mendengarpun kembali bersuara " emang adek udah pernah ngerasainnya gimana , bukan nya ini baru pertama kali?" Bingung Aran. Arapun menjelskan "jadi bang pernah dulu adek pernah ke rumah sakit sama ayah dan kakak , nah kakak ini ternyata mau copot gigi , jadi adek tunggu di luar sama ayah. Pas kakak keluar mata nya merah dan berair berati habis nagis. Terus adek tanya kok nagis di copot gigi, terus kaka jawab kalau pas di suntik di gusi nya itu yang sedikit sakit soalnya itu pertama kali kakak suntik di gigi. Nah dari situ adek tahu kalau pasti sakit kakak aja sempat nangis apalagi adek" jelas Ara panjang kali lebar. Aran yang mendengar penjelasan itupun hanya bisa menggeleng - gelengkan kepala saja dan tidak mau melanjutkan nya. Karena berdebat sama Ara tidak akan pernah selesai sebelum Ara yang menang.

Keesokan nya di mana hari minggu Ara dan Aran berencana untuk bermain ke rumah kawannya Aran. Setelah sarapan mereka berduapun menuju ke rumah kawannya Aran yang bernama Fajar. Rumah Fajar tidak terlalu jauh dengan Rumah Aran Dan Ara , jadi mereka berjalan kaki bersama menuju rumah tetsebut. Sesampai di sana merekapun bermain dan menonton film kartun bersama fajar. Sangking keasikan menonton  Aran dan Ara lupa waktu kalau jam menunjukan pukul 1 siang. Dimana artinya mereka lupa melaksanakan kewajiban mereka yaitu shalat zuhur. Terlebih lagi Aran yang memang di suruh melaksanakan shalat di masjid. Ayah merekapun menjemput Aran dan Ara ke rumah Fajar dan menyuruh mereka untuk pulang ke rumah. Aran dan Ara berjalan menuju rumah mereka dengan takut akan ayah mereka marah besar. Karena dari raut wajah ayah saja sudah terbaca kalau akan memarahi kami berdua. Di mana ayah akan sangat marah jika kami lalai dalam megerjakan ibadah shalat dan memang benar adanya.

Sesampainya di rumah kami berduapun tidak berani masuk dan hanya berdiri di depan pintu dalam keadaan cemas. "Bang , gimana nih... ayah keliatannya marah banget." Cemas Ara. "Ya pasti marahlah itu memang salah kita karena lalai dengan waktu shalat , jadi kita harus terima konsekuensinya" jawab Aran berusaha menenangkan Ara yang sedang takut. Tak lama setelah itu mama merekapun muncul dan menyuruh mereka berdua untuk masuk , Aran dan Ara menurut. "Tadi ayah hampir mau pecut kalian dengan ikat pinggangnya , kalian tahu" beritahu mama sambil menatap ke anak kembarnya. Mereka yang mendengarnya pun kaget terutama Ara. "Apa segitu marah nya ayah sampai tega memecut anak nya sendiri ma?" Tanya Ara dengan suara yang pelan. "Kalian tahu kenapa ayah bisa sampai marah begitu" tanya mama lagi. "Karena kami lalai dengan waktu shalat" kali ini Aran yang menjawab. "Kalau begitu tahu jadi siapa yang salah di sini?" Tanya mama lagi dengan lembut. Mereka pun mengangguk dan mengakui kesalah mereka , mama yang melihat anak kembarnya sudah tahu kesalahan mereka dan mengakuinyapun berkata "lain kali kalau mau main itu ingat waktu , mama gak ngelarang kalian untuk main tapi tahu batasan waktunya , terlebih lagi jika waktu shalat sudah tiba langsung pergi ke masjid dan melaksanakan shalat , paham" nasihat mama kepada Aran dan Ara. Mereka mengangguk paham. "Ma ayah masih marah gak sama kita , atau mau pecut kita?" Tanya Ara dengan takut. Mama menggeleng "sudah gak lagi , tadi mama sudah bicara sama ayah dan bilang supaya beri kalian kesempatan lagi untuk tidak mengulangi kesalah yang sama" kata mama sambil tersenyum. Aran dan Ara akhirnya bernapas lega dan tidak cemas seperti tadi. "Fiuh... alhamdulillah adek takut banget tadi ma , di tambah wajah ayah yang marah" bayang Ara. Mama hanya menggeleng tidak percaya dengan celoteh anak bungsunya itu. "Lebay kayak gak tahu aja ayah marah gimanan dek , liat abang aja gak takut kayak adek" jawab mama. Ara yang mendengar itupun tidak terima bahwa hanya dirinya yang takut. Karena ia yakin kalau abang nya itu juga merasa hal yang sama dengan nya. "Mana ada abang gak taku. Orang dia juga takut ma di tambah tangan nya udah dingin tuh" bela Ara. Aran yang di bicarakan pun ikut bersuara tidka terima karena adiknya itu memutar balikan fakta "mana ada tangan abang dingin , adek aja yang gak bisa bedain mana yang dingin dan panas" batahnya. Mama yang melihat Ara akan bicara , langsung memotong dan melerai mereka , karena jika tidak perdebatan yang sepele ini akan terus berlanjut dan tidak akan ada hentinya.

Dari kejadian hari itu Aran dan Ara jadi belajar dari kesalahan mereka dan janji tidak mengulanginya , serta tidak akan lalai dengan waktu terlebih dalam menjalankan kewajjban kita sebagai seorang muslim untuk melaksanakan ibadah shalat.

2.   Hilang...

Hari ini adalah hari mamaku akan pergi ke pasar. Rencana nya mama akan pergi sendir tetapi , Ara yang kepingin ikut ke pasar agar bisa jalan - jalan ke luar. Mama awalnya menolak namun bukan Ara yang tidak keras kepala dan susah diatur yang membuat ia pergi dan tentunya Aran akan ikut karena katanya ayah akan pergi ke mall untuk melihat suatu barang yang tempat nya di dekat pasar yang akan mama kunjungi. 

Sesampai mengantar mama ke pasar , mama menitipkan Aran dan Ara kepada ayah , karena akan repot mengajak anak kembar tersebut ke dalam pasar dengan keadaan pasar yang sangat ramai , terlebih lagi Ara yang sangat lasak. Jadi lebih memungkinkan untuk anak kembar tersebut untuk pergi ke mall bersama ayah. Aran , Ara dan ayahpun pergi ke mall dan memasukinya. Setibanya di sana "Yah , ini kita mau liat barang apa?" Tanya Ara pada Ayahnya. Ayahpun menjawab " Ayah mau lihat - lihat televisi". Setelah menjawab pertanyaan dari anak bungsunya itu ayah langsung mengajak mereka melihat televisi yang ada di lantai 2. Setibanya di tempat televisi merekapun meliahat - lihatnya. Sangking terlalu fokus melihat tv Ayah dan Aran tidak tahu bahwa Ara sudah tidak ada lagi bersama mereka.

Di sisi lain Ara yang tidak melihat sosok ayah dan Aranpun panik dan kebingungan. Karena ternyata ia sudah berada di lantai 1. Ara semakin panik dan ia langsung keluar dari mall tersebut dan menuju tempat parkiran , ia fikir mungkin ayah dan Aran menunggunya di motor. Namun hal tersebut salah dimana ia  masih tidak dapat menemukan ayah dan Aran. Ia pun mulai menangis dan kembali memasuki mall tersebut untuk mencari mereka. Salah satu karyawan yang melihat Ara menangis dan tidak tahu arah tujuan pun menghampirinya " Adek kenapa nangis?" Tanya karyawan tersebut dengan lembut. "Ayah sama abang gak tau di mana" jawab Ara sambil menangis. "Tadi terakhir kali di mana?" Tanya karyawan tersebut berusaha untuk menemukan ayahnya. "Di tempat televisi , tapi Ara gak tau di mana tempatnya" jawab Ara yang masih sesegukan. Akhirnya karyawan tersebut menghantarkan Ara ke tempat televisi dan memcari ayahnya. Ayah dan Aran juga mencari Ara karene mereka baru sadar kalau Ara sudah tidak ada di sini lagi dan syukurnya mereka menemukan Ara bersama karyawan yang menghampiri mereka.

Ara langsung memeluk ayah nya dan menangis sejadi - jadinya. "Tadi anaknya saya temukan di lantai 1 dan mondar - mandir sambil nangis , makanya saya tanya dan ternyata kehilangan ayah nya" jelas karyawan tersebut. "Oh ya makasih ya , tadi saya gak sadar kalau dia sudah gak ada di sini , sekali lagi makasih banyak ya" kata ayahku kepada karyawan tersebut. Karyawan tersebut mengangguk dan pergi. "Maaffin ayaj ya dek , tadi keasikan liat telivisi dan gak merhatiin kamu" kata ayah ku . "Abang juga minta maaf ya dek" sahut abang ku juga kepada ku. Ara sudah berhenti nangis dan menjawab " iya yah , adek juga minta maaf karena lasak dan bikin khawatir Ayah dan abang". Setelahnya mereka pun keluar dari mall dan pergi ke pasar untuk menjemput mama.

Setibanya di rumah , mama menanyakan gimana tadi di mall ke padaku dan Aran.

"Tadi di mall ngapain aja sama ayah?" Tanya mama penasaran. Aku dan Aran terdiam karena mama gak tau kalau tadi di mall Ara sempat hilang , mereka bingunga harus jujrukah atau tidak. Melihat Ara yang diam dan seperti tidak mau menjawab mau tidak mau Aran yang akan menjelaskan kejadian tersebut kepada mama. "Jadi ma tadi abang sama ayah lagi lihat - lihat televisi sangking fokus terhadap televisi jadi gak tahu kalau ara sudah tidak adalagi di situ." Mama yang mendengarpun tidak terlalu terkejut dan menanti apa kelanjutan yang akan di ceritakan oleh anak kembarnya itu. "Terus adek sudah ada di lantai 1 , sedangkan abang sama ayah ada di lantai 2. Untungnya ada karyawan di sana yang bawa adek ke lantai 2 dan menghampiri abang dan ayah , gitu ceritanya ma" jelas Aran yang panjang bercerita. Mama melihat ke ara dan berkata" kok bisa adek di lantai 1 sedangkan abang sama ayah aja di lantai 2?" Tanya mama kepada ara. "Tadi ada orang yang mirip sama ayah , warna baju nya juga sama terus adek ikutin orang itu ma , tetapi ternyata adek salah orang" jawab ara sambil nyegir. Mamapun menasihat ara agar lain kali hati - hati , Aran yang penasaran karena dari raut ekspresi wajah mama tidak ada raut terkejut.

Tanpa menungggu aranpun menanyakan hal tersebut kepada mama. "Kok mama gak kaget pas dengar cerita kalau adek sempat hilang di mall?"tanya Aran akhirnya. Mama yang mendengar pertanyaan dari purta nya itupun menceritakan cerita yang panjang. Dimana waktu mama dan Ara di padang untuk nemenin nenek untuk berobat di rumah sakit padang , waktu itu Aran , kakak dan ayah tidak ikut dan hanya Ara yang ikut sama mama karena Ara tidak bisa pisah sama mamanya. Dan pada saat mama ada di ruangan dokter bersama nenek , ara menunggu di luar karena umurnya masih kecil dan tidak di perbolehkan masuk. Tak lama pada saat mama dan nenek keluar Ara tidak ada. Mama berusaha mencari Ara namun sangat susah karena rumah sakit itu sendiri sangat besar dan ramai orang. Tetapi untung nya Ara di temukan sama saudara mamaku atau bisa dibilang pamanku yang juga ikut ke padang bersamaku dan mama.  Aran yang mendengar cerita tersebut akhirnya mengerti kenapa mamanya itu tidak kaget dengan kejadian ara di mall hari ini. Karena ini bukan pertama kali adik nya itu hilang , tetapi kedua kalinya. Ia heran mengapa bisa kembaran nya itu bisa sangat lasak sampai bisa hilang dua kali. Ara yang mendengar cerita dari mamanya tersebut hanya bisa cengengesan , ia juga tidak tahu kenapa dirinya ini sangat lasak , dan pada saat kejadian di padang. Sejujurnya ia merasa bosan menunggu mama dan neneknya itu , akhirnya ia memutuskan untuk berjalan ke taman yang memang ada di rumah sakit tersebut. Dan pada saat ia ingin pergi ke tempat ruangan mamanya tersebut ia lupa jalan menuju ke ruangan nya , makanyq ia kesasar.  Setelah bercerita panjang lebar tenteang hilangnya Ara hari ini , Ara sendiri menutuskan untuk tidak akan lasak lagi jika pergi ke suatu tempat , karena ia sendiri takut akan hilang dan kesasar serta tidak akan membuat keluarganya itu khawatir.

 Kejadian hilang ini tidak hanya Ara yang pernah ngalami , tapi saudara kembarnya juga pernah mengalami hal yang sama. Dimana Aran berusia 4 tahun waktu itu. Pada saat itu waktu keluargaku pergi belanja bulanan di mall bersama - sama , ada ayah , mama , kakak , Aran dan Aku. Keadaan di mall saat itu sangat ramai karena hari weekend yaitu hari minggu. Aku digendong oleh ayahku , Aran dipegang sama kakakku , sedangkan mama sedang memilih - milih barang yang akan di beli. Setelah memiih barang yang akan di beli , kami menuju kasir untuk di bayar. Namun Kakak tiba - tiba berkata kalau Aran sudah tidak ada lagi di sini , aku , mama , dan ayah kaget mendengar hal tersebut sekaligus panik karena takut apa yang terjadi pada Aran di tambah keadaan mall yang sangat ramai dan padat.

"Kok bisa , tadikan Aran mama titip sama kamu kak?" Tanya mamaku yang udah mulai panik.

"Ya tadi sama kakak , terus Aran bilang dia capek berdiri dan mau duduk , akhirnya kakak ajak duduk di tempat duduk yang dekat dengan tempat belanjaan mama tadi. Tapi pas kita mau menuju kasir , kakak yang ngerasa kok Aran gak bicara dari tadipun membuat kakak menoleh kebelakang dan ternyata Aran sudah tidak ada lagi." Jelas kakak kepada mama dengan bersalah dan panik , karena hal ini terjadi ulahnya yang lalai dalam menjaga adiknya sendiri. Aku hanya diam karena bingung mau bicara apa.

"Sudahlah , lebih baik kita sekarang cari Aran daripada debat yang tidak akan membuat Aran ketemu dan hanya akan buang - buang waktu" jelas ayah yang dari tadi hanya menyimak percakapan dari anak dan istrinya itu. Tanpa menunggu lamai lagi merekapun langsung berusaha mencari Aran yang hilang di mall ini.

Tal berselang waktu lama pada saat mencari Aran , ada sebuah pengumuman yang membuat mereka semua bernapas lega. Dimana di pengumuman tersebut memberitahukan bahwa ada anak kecil yang hilang dan nyasar yang ingin ketemu sama keluarganya. Mama yakin kalau pasti anak kecil itu adalah Aran , ditambah dijelaskan kalau anak kecil itu anak laki - laki berusia sekitar 4-5 tahun dan mengenakan baju merah dan celana hitam dan pas sekali sama pakaian Aran hari ini.

Mama , ayah , kakak , dan aku langsung pergi ke lantai 1 untuk bertemu Aran. Sesampai di sana Mama langsung memeluk Aran  satu - satunya anak laki - laki yang ia miliki. "Abang gak papakan , ?" Tanya mama sambil melepas pelukannya dan menatap Aran. "Gak papa ma , ni buktinya mama bisa liat abang" jawab Aran untuk menenanggkan mamanya itu yang keliatan panik. "Sykurlah kalau abang gak kenapa - kenapa" jawab Ayah. "Maaffin kakak ya bang karena lalai jagain abang dan membuat hal ini terjadi" kata kakak kepada Aran.

"Gak papa ka, ini juga bukan salah kakak sepenuhnya , karena tadi abang yang ninggalin kakak pas lagi mau menuju kasir untuk melihat ada pertunjukan yang lagi di adakan di mall ini , tapi pas abang mau menuju kasie sudah gak ada lagi kakak dan yang lain. Terus abang tunggu kok gak masih gak ada , akhirnya abang tanya sama salah satu mba karyawan di sana dan bilang kalau abang nyasar dan hilang sama keluarga , makanya ada pengumuman agar lebih mudah ketemunya dan mama sama ayah akan tahu" jelas Aran yang sangat panjang lebar. "Lain kali kalau mau pergi ke manapun bilang , biar yang lain tahu dan gak khawatir sama abang" kata mama yang tegas dan langsung di iyakan sama Aran.

"Nah kan abang sudah ketumu nih dan gak kenapa - kenapa , gimana kalau kita makan  di mall ini , karena makanan yang ada di mall ini enak - enak" suara Ara yang akhirnya muncul dan biaca tanpa rasa bersalah.

"Emang enak makanan disini tapi yang lebih tepat adek tu lapar" jelas kakaku. Ara hanya cengengesan dan tak lupa ia juga mengiyakan nya. Mama , ayah dan Aran yang melihat itu menggeleng - gelengkan kepalanya karena heran dan lucu melihat sifat Ara ini.

Setelahnya merekapun menuju tempat makan , karena Ara yang sudah sangat lapar katanya. Cerita ini mungkin sudah lupa sama Aran dan Ara karena kejadian ini terjadi 2 tahun yang lalu pada saat mereka unur 4 tahun sedangkan sekarang mereka berusia 6 tahun , dan jikalau Ara  ingat cerita ini mungkin ia akan mengungkitnya kepada Aran untuk membela dirinya. Tapi tidak dengan mama yang ingat cerita itu , dan ini juga yang menbuat mama juga gak kaget kalau ara akan hilang. Mama sengaja tidak membeti tahu cerita ini akan terjadi perdebatan antara kedua anak kembar kesayangannya itu , oleh sebab itu mama lebih memilih diam saja.

3.      OPERASI!!

Saat ini Ayahku lagi ronsgen untuk  operasi amandel besok. Bukan hanya ayahku aja yang mengalami amandel , tetapi Aku , Aran dan Kakakku juga. Tidak dengan mama karena mamaku gak terlalu suka makan es krim yang di mana itu merupakan pemicu radang amandel jika sering makan es krim dan makan - makanan yang kurang sehat seprti ciki - ciki atau yang biasa di sebut snack. Karena terlalu sering radang amandel dan itu akan sangat menderita karena akan gampang jatuh sakit jika sekali makan ciki akan batuk , jika makan es krim akan flu dan demam , oleh sebab itu mama memutuskan untuk melakukan operasi. Setelah melakukan rontgen , dokter bilang kalau besok ayahku sudah bisa operasi amandel , karena kondisi ayahku yang sehat dan tidak ada catatan riwatat penyakit.

Paginya aku , Aran , dan mamaku sedang menunggu ayah yang sedang melakukan operasi amandel di luar ruangan operasi. Menunggu cukup lama akhirnya ayah sudah selesai operasi dan sedang di bawa menuju ruang kamar. Aran dan Ara sedang memperhatikan ayah yang sedang tertidur setelah operasi. "Ma kok ayah dari tadi gak bangun - bangun?" Tanya Ara sambil masih memperhatikan ayah yang masih setia menutup mata. "Itu karena pengaruh obat bius pada saat operasi tadi dek" jawab mama. "Masih lama gak ma ayah bangunnya?" Tanya Ara lagi. "Gak tau mama kapan tepat nya ayah bangun, emang kenapa dek,"mama yang kini bertanya kepada ara yang ingin sekali ayah nya itu bangun. "Adek mau nanya sama ayah , sakit gak operasi nya. Soalnya kan adek juga di operasi setelah ayah pulang" jelas Ara. Mama yang melihat kalau Ara takut untuk operasi amandel berusaha meyakinkan anaknya itu , karena susah untuk bujuk ara untuk mau operasi padahal niat mama itu baik ia tidak mau sering terjadi radang amandel kepada anak nya yang membuat sering jatuh sakit. "Gak sakit kok dek , operasi amandel itu cuman operasi biasa. Besok aja ayah sudah boleh pulang" yakin mama kepada Ara. "Iya dek , abang sih mau operasi karena setalah operasi abang bebas makan es krim banyak-banyak" kata Aran. Ara yang mendengar itupun matanya langsung berbinar dan akhirnya mengiyakan untuk mau melakukan operasi.

 Malamnya Ayah sudah bangun dan sedang makan. "Yah sakit gak pas di operasi tadi?" Tanya ara sambil memakan buah yang dikasih sama ayahnya. "Gak sakit dek , pas masuk ruangan operasi tadi aja ayaj langsung tidur" jawab ayah. "Iyasih , bahkan sampai di ruangan kamar aja ayah masih tidur" kata ara.

"Nah itu adek tahu , lagian setelah operasi amandel ayah di kasih banyak es krim , adek kalau operasi pasti juga bakal di kasih es krim yang banyak adek gak mau?" Kata ayah sakaligus menyakinkan anak bungsu nya itu untul operasi. "MAUUUU.... tapi adek cuman sedikit takut aja yah" jawab Ara. "Dih apa coba yang di takutin abang aja berani , cemen nih adek" ejek Aran yang ikut nimbrung pada percakapan ayah dan adiknya itu. Mendengar itu Ara tidak terima "mana ada adek takut , orang cuman sedikit cemas " bantah Ara. "Dih cemas sama takut itu sama adekkk" geram Aran kepada Ara. Mama yang melihat Ara akan membantah lagi langsung memotong "sudah - sudah jangan adu mulut sekarang ini udah malam dan ayah butuh istirahat biar besok sudah pulang" jelas mama yang membuat kedua anak kembar itu langsung diam , dan mengiyakan kata sang mama. Dan besok paginyapun ayah benar - benar sudah boleh pulang

Dua hari setelah ayah pulang dari rumah sakit , Aran dan Ara melakukan pengecekan sebelum besok untuk melakukan operasi. Mama sengaja mempercepat operasi Aran dan Ara karena setelah mereka operasi dua hari setelah nya atau 3 hari , kakak juga akan di operasi amandel juga.

Setelah melakukan pengecekan dan hasilnya sehat , malamnya Aran dan Ara menginap di rumah sakit karena besok pagi sudah di lakukan operasi. "Bang takut gak besok?"tanya Ara kepada Aran. "Gak, cuman operasi ringan ini dek gak akan bikin mati juga"kata Aran tenang "tapi kan serem bang , kita inikan masih kecil masa udah di operasi aja" jawab Ara lagi. "Kecil apanya kita ini umur 8 tahun udah kelas 3 sd dan sebentarlagi mau naik kelas 4 dek," jelas Aran kepada Ara yang memang orang yang penakut. "Sudah - sudah tidur lagi biar besok bisa operasi nya" lerai mama , dan mereka langsung menurutinya.

Paginyapun sudah tiba tepat nya sekarang jam menunjukkan pukul 10.00 pagi. Ara sedang mondar - mandir gak jelas di luar ruangan operasi dengan perasaan yang takut , dan Aran sudah mulai operasi setengah jam yang lalu. Ara sengaja menyuruh abang nya saja yang deluan daripada dirinya. 2 jam sudah berlalu dan akhirnya Aran sudah keluar dari ruang operasi dan di bawa ke ruangan kamar dengan keadaan tidur karena obat bius. Setelahnyapun Ara di panggil untuk operasi.

Memasukan Ara ke ruangan operasi bukan hal yang mudah , karena ia sempat berontak dan menangis sambil memeluk ayah nya untuk tidak jadi operasi. Untungnya ayah bisa membujuk Ara untuk mau operasi dan ditemani oleh ayahnya. Pada saat Ara operasi dokter memberi Ara obat bius sebanyak 2 kali , karena Ara sangat susah untuk tidur dan setelah di beri ia pun tertidur.

Tak lama setelah itu Operasi Ara berjalan lancar dan pada saat dibawa keluar dari ruangan operasi kondisi ara berbeda dengan aran dan ayah. Dimana ia bangun dengan mata yang berair dan tali infus yang berdarah karena ara yang banyak bergerak. Sesampai nya di ruangan kamar ara menangis dan mengadu kepada mamanya "mama bohong katanya gak sakit ,tapi nih sakit , apalagi nelen" kata ara sambil menangis. Mama yang melihat itupun menenangkan ara"ya tapi kan itu sebentar aja dek , enter adek bakal mama kasih es krim yang banyak mau? "Bujuk mama." Mauu , mana adek mau makan sekarang" minta ara kepada mama." Nanti setelah adek kentut , karena adek habis operasi harus puasa dulu sampai adek kentut." "Ohh gitu , repot amat ma" ngeluh ara karena ia gak bisa makan es krim. "Yaudah gak papa , sini mama kompresi batu es di leher adek supaya darahnya beku setelah habis operasi" kata mama sambil meletakkan kompresan batu es yang memang di suruh oleh dokter.

"Ma , yah liat ada benang di tenggorokan adek" beritahu Ara kepada mama dan ayah yang sedang menyantai di ruangan itu. "Oh gak papa dek , itu akan lepas dengan sendirinya jangan di apa apain" jelas Ayah kepada Ara. "Tapi abang udah gak ada lagi yah" kata Aran menanggapi nya. "Itu karena abang makanya banyak sedangkan adek makannnya dikit dan susah , makanya tali nya belum putus" kata mama yang ikut nimbrung.

"Gimana mau lahap makannya orang nelan aja sakit ma" bantah ara. "Emang abang gak sakit nelan?" Tanya ara kepada saudara kembarnya itu , karena terlihat tidak sakit  sedangkan ara sangat menderita pada saat makan. "Sakit sih sedikit tapi abang tahan agar cepat sembuh , gak kayak adek yang lebay banget". Ara yang di mendengar seperti itupun tidak terima." Sudah , adek kalau mau cepat sembuh harus banyak makannya" kata ayah yang menengahi mereka yang sudah siap akan berantam , setelahnya mereka memutuskan untuk beristirahat karena besok Aran dan Ara sudah boleh pulang.

Sebulan setelah operasi anandel masal , yang dilakukan oleh ayah , aran , ara , dan bahkan kakak yang juga sudah melakukan operasi kecuali mama yang tidak operasi. Karena ia jarang sekali kambuh randang amandel serta mama sangat tidak suka es krim dan menjaga pola makan yang sehat. Setelah melakukan operasi Ara sangat senang karena ia bebas makan es krin dan ciki ciki tanpa khawatir akan kambuh radang amandel yang sangat menderita dan menyusahkan.

4.      MASUK PESANTREN!?

9 tahun kemudian.... diamana saat ini usia si kembar sudah 12 tahun dan mereka sudah menduduki bangku smp. Namun mereka tak seperti dulu , dimana mereka beda sekolah dan Aran masuk pesantren. Walaupun pesantren Aran tidak terlalu jauh dari rumah dan masih di jambi membuat mereka jarang bertemu dan berantem. Bahkan mamapun sering merindukan anak putranya itu , meski mama juga lumayan sering mengunjungi pesantren yang di tinggal Aran. Keadaan rumah tidak seramai dan seberisik dulu , dimana dulu sering sekali ada adegan bereantam si A Twints yang menjadi penghibur lara bagi orang rumah. Sebenarnya Ara juga hampir mau di masukkan pesantren yang sama kayak Aran yang membuat Ara nangis karena ia tidak mau dan juga tidak bisa membatah ayah nya itu. Namun untungnya pada saat itu pesantren itu belum buka untuk permpuan dan baru laki - laki. Pesantren itu juga baru 2 tahun berdiri , akhirnya Ara di masukan di sekolah swasta bernama QYTI school jambi.

Sejujurnya terkadang Ara juga merindukan saudara kembarnya itu , meski sering berantem dan terkadang nangis ulah Aran tak membuatnya untuk membenci abang nya itu. Semenjak Aran melarang mama untuk sering membawa Adek dan kakak pergi ke pesantren tersebut membuat ara semakin jarang bertemu. Aran melarangnya karena ia tidak mau mebuat adek nya itu menjadi pusat perhartian santri sana ,  bahkan mereka menanyakan kepada Aran terkait adiknya itu. Jarang bertemu dan pulang setahun sekali membuat mereka jadi tidak sedekat dulu lagi di tambah ara menghadapi banyak tugas dari sekolah nya itu.

Semenjak Aran masuk pesantren , mereka sering dibanding - bandingkan yang membuat Ara muak. Karena jujur ara akui memang Aran lebih pintar dari dirinya. Ditambah Aran yang dapat pringkat 1 dari kelas 1 - 2 smp, sedangkan ara yang sering dapat pringkat 6-7 pada saat smp dan jarang masuk 5 besar , serta hapalan Aran yang sangat banyak dari dirinya. Terkadang ara jenuh namun ia tetap berusaha belajar. Pernah sangking muak ara bilang kalau abang itu banyak hapalannya itu wajar karena ia sanrtri di pesantren yang banyak waktu muroja'ah dan muhafadzah nya , dan di pesantren abang juga dikit pelajaran umum dan banyak agama dan nilainya tinggi di pelajaran agama tapi gak di umum kecuali mtk. Sedangkan Ara hapalan nya cukup banyak untuk murid di sekolah swasta yang jarang waktu muroja'ah nya ada, dan nilai di pelajaran umum nya tinggi dan untuk agamanya juga walaupun mapel agama tidak banyak. Semenjak ara bilang seperti itu mama memahami dan sejujurnya mama tidak terlalu mempermasalahkan soal pringkat kepada anak - anaknya itu , asal niai nya stabil. Tapi tidak dengan ayah yang memperhatikan pringkat dan minimal harus masuk 10 besar , meski ayah tidak mengatakan nya secara langsung tetapi ara tahu itu.

Bahkan sampai sekarang dimana Ara sudah duduk di bangku 12 sma. Dan Aran sudah pindah ke pesantren yang ada di jawa. Pada saat kls 11 pringkat Ara tidak setabil , tetapi nilainya tetap stabil. Di mana pada saat ujian semester 2 mendapat pringkat 8. Dan respons ayahku "kok turun?". Karena di ujian sebelumnya aku mendapatkan pringkat 6 , jujur saja Ara akui ia memang jarang belajar pada saat ujian semester 2 cendrung banyak bermain handphone , oleh karena itu ia tidak kaget kalau ia pringkat ia akan turun. Ayah tidak marah jika pringkat Ara turun , tetapi ia hanya kecewa karena ia tahu kalau Ara itu bisa jika dia lebih rajin dan giat belajar. Dan Ara tahu akan hal itu , sifat buruk Ara yang sulit untuk di hilangkan yaitu sifat malas atau jaman sekarang di bilang mager. Bahkan sampai detik inipun sifat itu belum hilang , tetapi Ara berusaha mencoba untuk mengurangi mager nya itu. Di tambah saat ini ia sudah kelas 12 dan gak bisa main - main kayak dulu lagi karena ia ingin kuliah dan harus mendapatkan nilai yang bagus dan stabil.

Bicara soal kuliah ada hal yang menbuat Ara kesal. Dimana ia akan tetap diantar dan dijemput atau bisa dibilang belum di bolehin bawa motor sendiri. Ara tahu dan memahami alasan mamanya yang tidak mengizinkan ia untuk membawa motor karena , ara sudah 3 kali jatuh dari motor sebagai penumpang dan pernah jatuh bersama kakak juga bahkan sampai kakak masuk rumah sakit selama 1 minggu lebih. Hal itu yang membuat mama trauma.

Sekarang kakak juga tidak di bolehkan membawa motor jika di jalan lintas besar kecuali ada mama atau ayah yang ikut mendapingi. Bisa di bilang kalau mama ara termasuk strikc parents dan itu yang terkadang membuat ara jengah , jenuh dan kesal. Bahkan Ara terkadang bohong kepada mama nya kalau ia bermain ke rumah kawan dan pergi ke sana menggunakan grab atau mobil. Padahal nyatanya ia naik motor sama temannya , ara tahu ia salah karena berbohong kepada mama , tetapi Ara juga capek jika harus di kekang. Kemana - mana harus di antar bahkan boncengan sama kawan sendiri juga tidak boleh.

Ara sudah berusaha bilang kepada mamanya kalau ia ingin bawa motor jika kuliah , tetapi jawaban mama tetap sama dengan jawabannya yaitu tidak boleh. Dan bahkan mama sudah menyiapkan tempat kuliah Ara yang cukup dekat dari rumah , jadi mama gak terlalu jauh untuk mengantarkannya dan bahkan kos. Mama mengatakan ia akan membolehkan ara membawa motor sendiri jika trauma mama sudah hilang. Tetapi ara yakin kalau trauma itu akan lama hilang bahkan bisa tidak hilang jika mama tidak berusaha untuk keluar dari zona takut tersebut.

Sudah beberapa kali ara berdebat dengan mama sampai pernah ara nangis tetapi mama tetap bertahan pada pendiriannya. Akhirnya ara memutuskan untuk menyerah dan tak peduli lagi cukup jalani saja. Sampai sekarang ara masih di antar dan di jemput dan ara gak tau akan sampai berama lama akan begitu , apakah akan dalam 2 - 3 tahun ke depan atau sampai Ara menikah.

Saat ini ara menjalani hari yang bisa - biasa saja , terkadang sedih , senang , jenuh , mager. Di tambah tumpukan tugas yang sangat banyak karena bentar lagi akan melakukan ujian mid semester. Sekolah Sma yang ara duduki sama dengan sekolahnya waktu smp yaitu QYTI School jambi. Tentang Aran saat ini ara jarang mendengar kabar darinya karena ia belum menelpon mama dan ayah yang membuat orang rumah merindukan aran. Karena terakhir kali aran menelpon sudah 4 bulan yang lalu pada saat ia meminta mama untuk membuatkan ia rendang dan mengirmkannya ke jawa. Mungkin ia sedang sibuk karena sebentar lagi akan ujian mid , fikir ara karena ia pun juga sibuk dengan tumpukan tugas seperti soal review yang sangatlah banyak.

Kita tidak tahu masa depan yang akan datang dan di lalui oleh dua anak kembar yang sangat berbeda baik fisik maupun non fisik. Meski banyak perbedaan tidak membuat saudara kembar itu menjadi canggung atau tidak dekat. Malah sebaliknya mereka sangat dekat dan saling menyayangi sesama meski sering berantem yang sampai detik ini , jika Aran pulang dan bertemu dengan Ara pasti akan berantem walaupun tidak sesering dulu dan berantem yang saat ini hanya bersifat gurauan atau candaan karena usia mereka yang sudah remaja dan mau menuju dewasa.

"Ini saja cerita dari A twints yang sampai sekarang belum bertemu karena berbeda kota dan sekolah dan sibuk dengan meraih pendidikan nya masing - masing dan akah menghadapi masa kuliah yang suli dan rumit. Bagaimana A twints akan mengahadapinya , dan apakah ara masih tidak boleh membawa motor..... Coming soon ( maybe 🤔?)   

P : 'daun'.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja Dibalik Kelabu Oleh Muhammad Raditya Chalizi

  Usia remaja, banyak orang orang bilang bahwa masa masa dimana manusia sangat membenci aturan, menganggap semua yang dilakukannya benar dan mungkin membenarkan segala sesuatu yang pada hakikatnya sesuatu itu salah,hal-hal seperti itu pasti terjadi pada setiap orang,dan aku salah satunya korbannya. Namaku Radit, saat itu usiaku lima belas tahun, disaat teman temanku sudah sibuk memikirkan dimana mereka akan melanjutkan sekolah, aku seorang diri masih bingung memikirkan “Apakah hanya sekolah berkualitas yang menghasilkan murid-murid berkualitas? Ataukah murid berkualitas yang membuat sekolahnya berkualitas? ” Dari pemikiran itu mungkin banyak orang-orang berfikiran bahwa aku adalah orang yang aneh, layaknya ingin berenang di lautan dan berkata “apakah lautan itu dalam?”   Aku sempat mengkikuti tes masuk disalah satu madrasah di kotaku dan BOOM… dengan hanya bermodalkan nekat, aku pun diterima, tapi sayangnya orang tuaku tidak mengizinkanku dan telah lebih dulu mendaftarkanku di s

Senandika Berelegi

Jika boleh, aku akan menyalahkanmu kali ini. Menyalahkanmu yang membiarkanku jatuh tepat di tangan kananmu. Menyalahkanmu yang dengan sengaja mendekap, menajatuhkan, merangkul, membunuh, dan memupuk cerita pahit manis dikepalaku. Kegaduhan yang lahir dari serapah yang pernah masuk keruang perbincangan kita hari itu, menjadi saksi kalah bertaruh antara aku dan kamu. Sampai sekarang aku masih menerka, pada bagian mana sejak aku mengaitkan tali pada hatimu? Lalu mereka-reka masa depan dirumah yang kita impikan, menghabisakan sarapan yang kubuatkan, juga usapan lembut tanganmu kekepalaku. Lalu setelah penat seharian dari urusan dunia, kamu pulang membawa martabak manis rasa coklat dan kita menikmatinya dengan tawa yang tulus. Hingga aku tersadar bahwa kita tak lebih dari sepasang ego yang seolah akan menulis takdir kita sendiri.  Kita telah melewati kisah panjang juga jatuh bangun tak beraturan. Dengan nafas yang terengah-engah karena beratnya beban yang kita pikul dipundak masing-masing.

Air Mata Surga Oleh Mutiara Santi

    “ Ayo ” ajakku pada teman-teman ku di belakang “ Kamu aja,kita tunggu disini ” Aku yang sudah didepan sendirian terpaksa berputar arah untuk mendekati yang lain yang ada di belakang ku.“ Lanjutkan dek, gak boleh gitu ” seorang laki-laki dewasa yang cukup berumur, melihat kami dari kejauhan. Suasana sepi dan sunyi di tempat ini membuat betah dan ingin berlama-lama disini. “ Ayo buruan ” kataku pada teman-teman yang terlihat kebingungan, ingin melanjutkan perjalanan atau tidak. “kamu aja ikut dia ” titah salah satu temanku pada yang lain. Kami melanjutkan perjalanan hanya berdua dan yang lain menunggu dan melihat dari kejauhan. Aku menceritakan bahwa ini adalah rumah mama.   Pagi ini diawali dengan ayam yang berkokok begitu keras,membangunkan setiap penduduk bumi ini dengan suaranya yang begitu keras. Aku bangun pada pukul: 06.00 pagi, setelah subuh tadi kujalani kewajibanku pada tuhan untuk melaksanakan shalat subuh 2 rakaat, dan kupinta hakku pada-Nya, dan aku memutuskan untuk ti